Kamis, 27 Agustus 2009

Merah Putih Di Tangan Kaum Muda (Red and White Youth In Hand)


Indonesia was the nation's struggle dynamics of young men. Youth in the pages of history is the key actors as catalysts for social change, economic and political. Become an irrefutable conclusion that what was said by a Indonesianis, Benedict Anderson that history is the history of youth Indonesia. Symbolizes the spirit of youth, idealism, progressive and radical thinking. To the extent the commander of the Indonesian revolution, Bung Karno, saying "give me ten young people, it will shake the Himalayas". That is, youth is a person who is considered the bearer of changing conditions that need changing. However, it is a irony of history, as today's youths drowned in pursuit of a large flow of hedonism, the criminal and pragmatic. Republicans lost the figure guards and supervisors that a few decades ago so heroically to keep the nation on rail edict idealism.

Irony is the contrast was so if we associate with the age of independence to Indonesia -64 years. If the first nation's youth to build in a way against the colonial invaders, these days to build with youth against himself, the social problems and injustices by the elites who rakus.Kita under siege not by the barrel of a gun, but due to the liberalization of structural injustice in all areas by Foreign and supported by the nation's elite robbery-white sendiri.Merah still flying at half mast, still in the independence struggle, and a golden bridge that is only dreamed of Bung Karno's Bridge is not independent karatan.Karena meaningless without a social justice.

If we agree with free speech is still a struggle, then we as youth must be menjawabnya.Badai liberalization can not be rejected, then we as a youth to contribute what we can sumbang.Salah one of the most simple way is to play optimally in accordance with their respective fields in order to create young children are vulnerable saing.Para young artists, students, researchers, athletes, young politician and every youth in this country must have a work ethic that can bersaing.Tentunya, accompanied by support from all parties, including the role country.

If instead the state's role is not functioning optimally in support of social justice, the youth should also guard proklamasi.Mengkritisi ideals by giving counter-discourse, in partnership with the government until the street protests are also a form of youth work sumbangsih.Kerja and will not be optimal without government support . How could the work be achieved if there is no appreciation for the achievements of young people, providing creative spaces, training and development of young people in a variety of potential bidang.Pemuda also need support, not only overwhelmed by the task is so heavy history.

But, above all, we must remain optimistic work. Struggle for independence is how to produce work through kerja.Pemuda have a passion for doing socially itu.Perubahan should start by changing ourselves we consider sendiri.Jika act of corruption, violence, other illegal acts are kita.Maka This real enemy, by not doing or even active make changes to these actions, in fact we have also contributed to the fight we are busy kemerdekaan.Terkadang see ants across the ocean, while the elephant dipelupuk increasingly terlihat.Merdeka eyes.



Pergulatan bangsa Indonesia adalah dinamika para pemudanya. Pemuda dalam lembaran sejarah merupakan aktor kunci sebagai katalisator perubahan sosial,ekonomi dan politik. Menjadi sebuah kesimpulan yang tidak terbantahkan apa yang dikatakan oleh seorang Indonesianis, Benedict Anderson bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pemuda menyimbolkan semangat, idealisme, progresif dan berpikir radikal. Sampai-sampai panglima besar revolusi Indonesia, Bung Karno, mengatakan “ beri padaku sepuluh orang pemuda, maka akan berguncang Pegunungan Himalaya”. Artinya, pemuda adalah sosok yang dianggap pembawa perubahan atas kondisi-kondisi yang butuh perubahan. Namun, sungguh menjadi ironi sejarah, ketika hari ini kiprah pemuda tenggelam dalam arus besar hedonisme, kriminal dan pragmatis. Republik kehilangan sosok penjaga dan pengawas yang beberapa dekade lalu begitu heroik menjaga titah bangsa di rel idealisme.

Ironi tersebut terasa begitu kontras jika kita kaitkan dengan usia kemerdekaan Indonesia yang ke -64 tahun. Jika dahulu pemuda membangun bangsa dengan cara melawan penjajah kolonial,hari ini pemuda membangun dengan melawan dirinya sendiri,masalah-masalah sosial dan ketidakadilan oleh elit-elit yang rakus.Kita sedang dikepung bukan oleh moncong senjata,melainkan ketidakadilan struktural akibat liberalisasi di segala bidang oleh asing dan didukung dengan perampokan elit bangsa sendiri.Merah putih masih berkibar setengah tiang,kata merdeka masih dalam perjuangan,dan jembatan emas yang diimpikan Bung Karno hanyalah jembatan yang sedang karatan.Karena merdeka tidaklah ada artinya tanpa sebuah keadilan sosial.

Jika kita sepakat dengan perkataan merdeka masih sebuah perjuangan,maka kita sebagai pemuda harus bisa menjawabnya.Badai liberalisasi tidaklah dapat ditolak,maka kita sebagai pemuda menyumbang apa yang kita bisa sumbang.Salah satu cara yang paling sederhana adalah berperan optimal sesuai dengan bidang masing-masing agar tercipta anak-anak muda yang berdaya saing.Para seniman muda,mahasiswa,peneliti,olahragawan,politikus muda dan tiap-tiap pemuda yang ada di negeri ini harus memiliki etos kerja yang mampu bersaing.Tentunya,disertai oleh dukungan dari semua pihak termasuk peran negara.

Jika peran negara malah tidak berfungsi optimal dalam mendukung keadilan sosial,maka pemuda juga seyogyanya mengawal cita-cita proklamasi.Mengkritisi dengan memberi wacana tandingan,bermitra dengan pemerintah sampai unjuk rasa jalanan juga adalah bentuk sumbangsih.Kerja dan karya pemuda tidak akan optimal tanpa dukungan pemerintah.Bagaimana mungkin karya bisa terwujud jika tidak ada apresiasi bagi prestasi kaum muda,penyediaan ruang-ruang kreasi,pembinaan dan pengembangan orang-orang muda potensial dalam berbagai bidang.Pemuda juga butuh dukungan,bukan hanya dijejali dengan tugas sejarah yang begitu berat.

Namun,diatas semua itu,kita harus tetap optimis berkarya. Memperjuangkan kemerdekaan adalah bagaimana menghasilkan karya lewat kerja.Pemuda punya semangat untuk melakukan itu.Perubahan sosial seharusnya dimulai dari perubahan diri sendiri.Jika kita menganggap perbuatan korupsi,kekerasan,tindakan melawan hukum lainnya adalah musuh rill kita.Maka,dengan tidak melakukannya atau bahkan aktif melakukan perubahan terhadap perbuatan tersebut,sebenarnya kita juga telah ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan.Terkadang kita sibuk melihat semut diseberang lautan,sementara gajah dipelupuk mata semakin tak terlihat.Merdeka.

Adi Surya

Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fisip Unpad

Aktivis GMNI Sumedan

Comments :

0 komentar to “Merah Putih Di Tangan Kaum Muda (Red and White Youth In Hand)”


Posting Komentar

Pengurus DKC Tanah Datar Masa Ke masa

Album Kenangan Kwarcab Tanah Datar