Kamis, 26 November 2009

Hari Guru Yang Dilupakan, Bukan Terlupakan



“Selamat pagi!”, berkata bapak Oemar Bakri
“Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!”
Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S’lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang
Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
“Berkelahi Pak!”, jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
Busyet… Standing dan terbang
Oemar Bakri… Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri… Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri… Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri… Profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri


Tas hitam dari kulit buaya
Masih ingatkah kita dengan lirik dari lagu di atas? lagu milik Iwan Fals yang menceritakan perjuangan seorang guru dalam mendidik rakyat tetapi tidak mendapat harga dari Pemerintah.
Refleksi lagu di atas sungguh dramatis memang, tetapi jika kita melihat kondisi saat ini yang bukan hanya Pemerintah tetapi kitapun telah melupakan peran dan jasa para Guru kita akan menyadari bahwa saat ini bukan hanya satu Guru Oemar Bakrie tetapi berjuta-juta Guru Oemar Bakrie telah lahir di Indonesia. Tahukah anda bahwa kita mempunyai Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November?
Guru memang sudah dilupakan, bukan terlupakan. Kata terlupakan bisa berarti terjadi tanpa kesengajaan, tetapi dilupakan artinya dilakukan dengan sengaja. Kita semua memang sengaja melupakan peran dan jasa guru. Ketika kita bisa membeli mobil dan bertemu guru dengan Vespa tuanya, adakah hati ingin berhenti untuk menanyakan kabar? Dan tak jarang ketika anak kita membagi cita-citanya untuk menjadi seorang Guru, dengan refleks kita akan menghardiknya. Ngapain jadi guru, gaji kecil, mau makan aja susah? Terlalu banyak kesengajaan yang dilakukan untuk melupakan peran dan jasa Guru.
Tak jarang dalam kehidupan sehari-harinya banyak Guru yang menggabungkan profesi mereka dengan profesi lainnya, seperti tukang ojek, buka warung, mengajar les,dan lainnya. Tetapi hal ini kadang direspon negatif oleh banyak kalangan. Mereka memang munafik tidak bisa memberi gaji besar tetapi mengecam ketika guru ingin memperoleh penghasilan tambahan. Keadaan yang akan membuat banyak Guru yang terlibat hutang, lalu memutuskan untuk mengakhiri nyawanya? Ironi memang menjadi seorang Guru.
Bahkan ada cerita klasik yang beredar di masyarakat, sekumpulan Guru menyampaikan aspirasinya kepada perwakilan rakyat mengenai kecilnya pendapatan yang diterima. Sang wakilpun berucap, makanya Guru turun dong ke jalan gugat pemerintah. Sang wakil telah berusaha menghancurkan kemuliaan Guru, kemuliaan yang dibangun dengan keringat dan waktu. Mungkin Guru yang ada di pikiran dia hanya sekumpulan manusia yang berbelas kasih meminta perbaikan hidup dari pemerintah.
Sudah saatnya kita bangkit dan bergerak untuk menghargai para Guru yang telah lahir di Indonesia. Kita perjuangkan mereka sebagai balas budi kita. Dan semoga tidak akan ada Oemar-Oemar Bakrie berikutnya, melainkan akan lahir Abu Rizal-Abu Rizal Bakrie di Indonesia yang dicetak oleh para Guru kita di Indonesia. Sebagai bentuk penghargaan terhadap pengabdian para Guru

Comments :

0 komentar to “Hari Guru Yang Dilupakan, Bukan Terlupakan”


Posting Komentar

Pengurus DKC Tanah Datar Masa Ke masa

Album Kenangan Kwarcab Tanah Datar