
Lord Baden Powell tak mengharuskan Pramuka di seluruh dunia mengenakan seragam setiap hari tertentu. Bapak kepanduan dunia itu hanya menitipkan pesan kepada anak didiknya untuk senantiasa menjadi anak muda yang tangguh. Jadi anak muda yang pionir. Pramuka itu di depan dalam segala hal yang ideal.
Dalam bahasa kampungnya Baden Powell, Pramuka disebut Scout. Powell memimpikan anak-anak muda yang piawai, cerdik dan dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya sendiri tanpa banyak tergantung pada orang lain.
Bacalah bukunya ‘Aids to Scouting’ sangat sarat mengajarkan tentang bagaimana orang-orang muda berlatih untuk mengatasi berbagai problem hidupnya.
Dari pikiran-pikiran Powell kemudian ditularkan ke seluruh dunia oleh para pengikutnya. Pramuka kemudian dijadikan organisasi atau lembaga yang mencetak dan membentuk anak-anak muda yang penuh karsa. Di luar lembaga sekolah, maka diyakini Pramukalah wahana yang pas untuk membina anak muda.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961.
Tapi seberapa jauh Pramuka sudah mencapai tujuan idealnya di Indonesia?
Kalau Pramuka sudah hebat, tentu Presiden Yudhoyono tidak akan menyentil dalam pidatonya Agustus lalu bahwa perlu revitalisasi Gerakan Pramuka. Jelas Presiden tidak puas dengan apa yang sudah Pramuka hasilkan.
Pembinaan yang sangat penting dan mendasar dilakukan terhadap anggota Pramuka tingkat Siaga (7-10 tahun). Pramuka Siaga merupakan titik awal seorang anak mengenal dunia Pramuka. Tapi seberapa kenalnyakan para pembina, para Majelis Pembina (Mabi) dengan Pramuka? Jangan-jangan yang hafal dua kode kehormatan, yaitu Dwi Satya (janji Pramuka Siaga), dan Dwi Darma (ketentuan moral Pramuka Siaga) hanya tinggal bebarapa Pramuka kecil saja. Sementara Pramuka besar hanya petantang-petenteng berseragam Pramuka setiap hari tertentu.
Jika Pramuka kita sepakati jadi wahana pembentukan sikap ksatria anak-anak kita, maka sudah tepatlah kiranya sentilan Presiden bahwa Pramuka perlu revitalisasi. Saya justru cemas, buku 284 Permainan Siaga yang diterbitkan Kwarnas Pramuka hanya akan dianggap buku jelek saja dibanding buku komik Jepang Doraemon atau komik spy Naruto oleh anak-anak. Padahal di situ banyak permainan dalam Pramuka Siaga yang bentuknya sangat menarik dan mengandung nilai-nilai pendidikan.
Presiden menyentil, maka seyogyanya tak harus hanya Pramuka yang ‘takalenjek’ tetapi semua kita yang menjadi stakeholders Pramuka itu. Perangai buruk yang dijalani orang-orang dewasa sekarang, jangan-jangan karena dulu tidak pernah dididik menjadi Pramuka. Tak ada dalam Pramuka diajarkan korupsi, bersikap angkuh, merasa pintar sendiri, berkuasa sendiri. Pramuka justru mengajari orang-orang bersikap rendah hati tapi tetap siaga dan tangguh.
Maka makin jelaslah, bahwa jangan lihat Pramuka dari bajunya tapi dari hatinya. Sudah Pramukakah hati pemakai seragam Pramuka? Musda Pramuka yang berlangsung hari ini hendaknya mengarifi ini juga. Salam Pramuka!
Oleh: Eko Yanche Edrie
Comments :
0 komentar to “Pramuka Bajunya Pramuka Jiwanya”
Posting Komentar