Senin, 28 Desember 2009

Pramuka Oh Pramuka (Oh Boy Scouts Boy Scouts)



Ketika kita mendengar kata Pramuka, bayangan kita langsung tertuju pada setiap orang yang memakai baju coklat muda dan celana/rok coklat tua dengan stangen leher (handsduk) warna merah putih dengan dilengkapi tutup kepala. Sangat jarang di antara kita yang ketika mendengar kata pramuka akan langsung terbayang satu-satunya organisasi kepanduan-di-Indonesia.

Pendapat kebanyakan orang yang bisa kita temukan adalah bahwa pramuka identik dengan kegiatan di alam, kemah, dll. Pandangan kurang baiknya adalah bahwa pramuka identik dengan kegiatan menyanyi dan tepuk tangan layaknya anak-anak TK. Kedua pandangan tersebut tidaklah salah karena memang hal itu memang benar-benar terjadi.

Dilihat dari sejarah singkatnya, organisasi kepanduan Pramuka diresmikan pada tahun 1960an dan merupakan satu-satunya gerakan kepanduan yang diakui di Indonesia. Pramuka sebenarnya kependekan dari PRAja MUda KArana yang secara harfiah bisa diartikan sebagai rakyat muda yang berkarya. Dalam organisasi Pramukan tentu saja ada berbagai sistem dan aturan yang berlaku. Untuk lebih jelasnya liat sendiri ja di AD/ART dan peraturan-peraturan tentang kepramukaan.

Lain dulu lain sekarang. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk gerakan kepanduan ini. Dulu, gerakan ini bisa dianggap berhasil dalam membentuk watak para generasi muda melalui pendidikan kepanduan yang ada, dari tingkat Siaga hingga pandega. Tak heran, banyak orang yang aktif di organisasi ini pada akhirnya menjadi orang yang berhasil. Mengapa? Hal ini karena pramuka mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan (dalam artian bagaimana kita bisa hidup di masyarakat dan bagaimana kita harus bertingkah laku di dalam masyarakat) yang tidak diterima di jalur pendidikan formal (sekolah).

Sehingga tak diragukan lagi bahwa orang-orang yang aktif di dalam gerakan kepanduan ini memiliki social intelligence yang bagus. Hasilnya, mereka bisa berhasil dalam pergaulan di masyarakat.

Itu dulu, bagaimana dengan sekarang? Apakah pramuka masih bisa memberikan pelajaran hidup yang berharga bagi para anggotanya? Sekarang kita mungkin menyangsikan hal itu. Saat ini Pramuka lebih cenderung dilihat sebagai organisasi dengan kegiatan yang hanya nyanyi-nyanyi dan tepuk tangan saja, tak jauh beda dengan anak-anak TK.

Dibeberapa sekolah, Pramuka hanyalah sebuah ekstrakurikuler yang keberadaannya hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban saja. Buktinya, banyak kegiatan pramuka di sekolah yang tidak dikelola dengan baik. Banyak Pembina pramuka yang sebenarnya tidak tahu betul apa itu pramuka. Hal itu wajar karena para pembina tersebut kebanyakan belum pernah mengikuti Kursus Pembina.

Ditinjau dari kepengurusan Dewan Kerja, beberapa atau mungkin banyak anggota dewan kerja, baik dari tingkat nasional bahkan sampai tingkat gugus depan, yang tidak mengetahui fungsi dan tugas dewan kerja. Tak heran jika kita menemukan anggota dewan kerja yang tidak memenuhi persyaratan. Contoh sederhananya, banyak kita temui anggota dewan kerja di tingkat gugus depan yang tidak mengetahui perbedaan antara Ketua Dewan Ambalan (di tingkat Penegak) dan Pradana. Kedua posisi tersebut sebenarnya mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun pada kenyataannya yang menjabat satu orang (mirip dengan jabatan Rektor dan Ketua Senat yang pada beberapa perguruan tinggi dijabat oleh satu orang).

Sebagai penutup, dulu banyak orang yang bangga dengan menjadi anggota gerakan Pramuka. Bangga memakai pakaian pramuka lengkap dengan atribut-nya. Namun sekarang, justru banyak orang yang merasa malu memakai pakaian pramuka lengkap. Tugas dari para Pengurus gerakan Pramuka adalah bagaimana mengembalikan rasa bangga terhadap pramuka ini. Mengenai bagaimana caranya, seorang pramuka sejati pasti bisa menemukan jalannya.


When we hear the word Scout, our shadow fell directly on each person wearing a brown shirt and pants / skirt, dark brown with stangen neck (handsduk) red and white with a cap equipped. Very rare among us that when he heard the word scout would have imagined the only scouting organization-in-Indonesia.

Opinion of most people we can find is that the scout is identical to the activities in nature, camping, etc.. Outlook is less good news is that the scout is identical to the activities of singing and clapping like kindergarten kids. The two views are not wrong because it really happened.

Viewed from the history in short, the Boy Scouts scouting organization was established in the 1960s and is the only recognized scouting movement in Indonesia. Scout really stands for Praja Muda Karana, which literally translates as the young people who work. In the course Pramukan organization there are various systems and rules that apply. For more details on the clay itself ja Bylaw and regulations on scouting.

Another was different now. Maybe it was the right expression for this scouting movement. In the past, this movement can be considered successful in shaping the character of the young generation through existing educational scouting, from the standby to Pandega. No wonder, many people are active in this organization eventually became a successful person. Why? This is because the Boy Scouts teach and instill the values of life (in terms of how we can live in society and how we should behave in society) are not accepted in the path of formal education (schools).

So no doubt that the people active in the scouting movement has a good social intelligence. The result, they can succeed in the community association.

That was, what about now? Is scout can still provide valuable life lessons for its members? Now we may doubt it. Currently Scouts are more likely to be seen as an organization with activities that only sing-song and the applause it, not much different with kindergarten children.

In some schools, the Boy Scouts is an extracurricular whose existence was merely a duty to abort. The proof, many Boy Scout activities in schools that are not managed properly. Many scouts who actually coach not really know what that scout. It was reasonable because the coaches are most courses have never followed the coach.

Judging from the Council Work management, some or perhaps many board members work, either from the national level and even up to the level of front groups, who did not know the functions and duties of board work. No wonder if we find work that board members are not eligible. A simple example, we encounter many board members work in front of the group who did not know the difference between the Chairman of the Board of shelves (at the level of Enforcement) and Pradana. Both these positions actually have different functions, despite the fact that one person who served (like the title Rector and Chairman of the Senate that in some universities to be occupied by one person).

In closing, once a proud people with a member of the Scouting movement. Proud to wear the full scout with his attributes. But now, just a lot of people are embarrassed to wear the full scout. The task of the Board of the Scouting movement is how to restore a sense of pride in this scout. About how, a scout must be able to find the true path.

By: Dkr Campalagian Polman

Comments :

0 komentar to “Pramuka Oh Pramuka (Oh Boy Scouts Boy Scouts)”


Posting Komentar

Pengurus DKC Tanah Datar Masa Ke masa

Album Kenangan Kwarcab Tanah Datar